Kotawaringin Barat, lintasberita1.com – Musibah yang menimpa 10 penambang emas di Sungai Seribu RT 06 Kelurahan Pangkut Kecamatan Arut Utara, Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah menyisakan banyak kesedihan. Kesepuluh korban yang masih ada ikatan keluarga dari Tasikmalaya Jawa Barat ini terendam air bah dan lumpur yang disinyalir berasal dari bekas lubang yang bocor dan sudah lama ditinggalkan oleh para penambang sebelumnya.
“Banyak lubang lama disini (TKP), sehingga kuat dugaan lubang yang menewaskan 10 penambang ini menembus lubang penambang yang lama,” ungkap mister (x) yang enggan disebutkan namanya pada saat ia melepas lelah di bawah pohon Kelapa Sawit area TKP, Sabtu (21/11) sore.
Seperti diberitakan sebelumnya di berbagai media, baik cetak, online bahkan televisi nasional. Nasib kesepuluh penambang akhirnya hanya mampu dievakuasi tiga mayat pada titik yang bisa dijangkau. Sedangkan 7 mayat lainnya sangat sulit bahkan tidak mampu dijangkau oleh tim evakuasi dari Basarnas yang dibantu warga.
Kisah pilu ini selain menyisakan kesedihan yang mendalam bagi keluarganya di Tasikmalaya, juga menyisakan cerita misteri dibalik musibah yang terjadi ini.
“Malam itu hujan deras sekali dan diiringi petir menyambar wilayah ini (Pangkut). Namun saudara-saudara saya sangat gembira sekali bahkan pinjam soud system dan mendengarkan musik. Mereka tampak gembira sekali,” cerita Aep Saifulloh kepada kami dengan linangan air matanya.
Ia menjelaskan, dari 10 korban itu sebenarnya mereka mendapatkan tugas pekerjaan bagian belah batu yang dari lubang tambang guna proses perendaman dan juga pekerjaan lainnya. Namun malam itu mereka justru meminta agar esok harinya turun ke lubang guna mengambil batu. Padahal itu sudah ada pembagian tugas masing-masing.
“Bahkan di antara dari 10 korban itu ada yang bilang: Besok pagi-pagi kita masuk lubang. Dan ucapan itu disambut dengan gembira oleh ke 9 korban lainnya. Seakan-akan mereka sudah tak sabar menunggu pagi datang, seperti sudah ada yang membisiki,” tandasnya.
Dijelaskannya, jumlah rombongan ada 23 orang termasuk seorang ibu bagian memasak. Dari jumlah itu, selain ke 10 korban itu, mereka ada di bagian penggalian, baik masuk ke dalam lubang maupun bagian penunggu mesin hidrolis untuk mengangkat karung yang berisi batu-batu pilihan yang ada kandungan emasnya.
“Malam itu jadi terbalik, yang dapat tugas masuk lubang semuanya bilang malas bekerja esok harinya. Dan mereka semua berencana libur karena malamnya hujan lebat. Tapi yang 10 orang ini keinginannya seakan sudah tidak bisa ditahan lagi,” imbuh Saifulloh.
Menurutnya, malam sebelum kejadian naas yang menimpa saudaranya itu tidak seperti biasanya. Meskipun kondisi cuaca hujan lebat dan petir namun ke 10 korban ini bersuka ria hingga larut malam. “Gelagatnya aneh, tapi mungkin sudah takdir,” pungkas Saifulloh sambil menyeka air matanya.
Cerita memilukan juga disampaikan oleh Hendi asal Tasikmalaya yang turut mengangkat jenazah saudaranya dari dalam lubang. Dua dari tiga korban yang diketemukan mereka berangkulan erat sekali. Bahkan saat mau dievakuasi harus dipisahkan terlebih dahulu dan cukup sulit. Kedua lelaki ini korban atas nama Rana Solikat (20) dan Nurhidayat (26) yang merupakan saudara sepupu.
Tampaknya mereka berdua ini sudah mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya, sehingga pelukan erat itu sebagai tanda lepasnya nyawa dari raga mereka. (SM-LB1)
Semoga Khusnul khatimah…
Selamat jalan sobat2 ku sang pahlawan keluarga